Selasa, 28 April 2009

PEMILU 2009

Pemenang Pelelangan Jasa Audit Dana Kampanye Parpol dan Calon Anggota DPD Diumumkan  
Jumat, 17 April 2009 

Jakarta,kpu.go.id Panitia Pengadaan Barang dan Jasa mengumumkan pemenang Pengadaan Jasa Audit Laporan Dana Kampanye Partai Politik (Parpol) dan Calon Anggota DPD untuk Paket I s.d Paket X pada tanggal 15 April 2009 di Jakarta. 

Dalam Pengumuman Pemenang Pelelangan Nomor: 90/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 91/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 92/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 93/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 94/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 95/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 96/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 97/K/PBJ-999/IV/2009, Nomor: 98/K/PBJ-999/IV/2009 dan Nomor: 99/K/PBJ-999/IV/2009 dinyatakan sebagai berikut:

PAKET I
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Weddie Andriyanto & Rekan
Alamat : Rukan Tanjung Mas Raya Blok B1 No.22 Tanjung Barat Jakarta Selatan
NPWP : 023141401017000
Harga Penawaran : Rp.561.000.000,-, (lima ratus enam puluh satu juta rupiah) termasuk PPN 10% 

PAKET II
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Imam Syafei
Alamat : Jl. Letjend Suprapto Kav.10 Komp Cempaka Putih Permai No.25
NPWP : 02.310.654.5-024.000
Harga Penawaran : Rp.563.754.950,-, (lima ratus enam puluh tiga juta tujuh ratus lima puluh empat ribu sembilan ratus lima puluh rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET III
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Ellya Noorlisyati
Alamat : Jl. Cempaka Putih Putih tngah Nomor 41B Jakarta
NPWP : 02.310.830.1-024.000
Harga Penawaran : Rp.498.294.392,-, (empat ratus sembilan puluh delapan juta dua ratus sembilan puluh empat tiga ratus sembilan puluh dua rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET IV
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Basri Hardjosumarto
Alamat : Jl. Gubeng Kertajaya III F/10 Surabaya
NPWP : 02.355.146.1-606-000
Harga Penawaran : Rp.468.254.875,-, (empat ratus enam puluh delapan juta dua ratus lima puluh empat ribu delapan ratus tujuh puluh lima rupiah ) termasuk PPN 10%

PAKET V
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Herman, Dody, Tanumiharja & Rekan
Alamat : Kebayoran Centre Blok A No.3 Jl. kebayoran Baru Jaksel
NPWP : 02.290.411.4-013000
Harga Penawaran : Rp.639.423.000,-, (Enam Ratus tiga puluh sembilan juta empat ratus dua puluh tiga ribu rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET VI
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Chatim, Atjeng, Jusuf & Rekan
Alamat : Perkantoran Pulomas Satu Gedung III Lt. 2 
  Jl. A. Yani No.2 Jakarta 13210
NPWP : 02.371.383.7-003. 000
Harga Penawaran : Rp.412.236.000,-, (empat ratus dua belas juta dua ratus tiga puluh enam ribu rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET VII
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Wisnu B. Soewito
Alamat : Gedung Gajah Unit ABC Lt.6 A II Jl. DR. Saharjo No.111 Jakarta 12810
NPWP : 02.342.489.8.015.000
Harga Penawaran : Rp.493.350.000,-, (empat ratus sembilan puluh tiga juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET VIII
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Usman & Rekan
Alamat : Jl. Cipulir V No.5 Kebayoran Lama
NPWP : 01.593.201.5-013.000
Harga Penawaran : Rp.594.000.000,-, (lima ratus sembilan puluh empat juta rupiah ) termasuk PPN 10% 

PAKET IX
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Hertanto, Sidik, dan Rekan
Alamat : Jl. Darmawangsa VI No.23 Jakarta Selatan
NPWP : 02.184.374.3-019.000
Harga Penawaran : Rp.657.588.690,-, (enam ratus lima puluh tujuh juta lima ratus delapan puluh delapan ribu enam ratus sembilan puluh rupiah ) termasuk PPN 10%

PAKET X
Pemenang 
Nama Perusahaan : KAP Jojo, Sunarjo, Ruchiat
Alamat : Gedung Dewan Pers Lt. 5 Jl. Kebon Sirih No.32-34 Jakarta 10110
NPWP : 02.368.755.1-0255.000
Harga Penawaran : Rp.390.225.000,-, (tiga ratus sembilan puluh juta dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) termasuk PPN 10%

Masa sanggah berlaku selama 5 (lima) hari kerja mulai 16 s/d 21 April 2009.

PORNO TIDAK BAIK

ANDA ADA KAMI ADA

« Kader PKS Terima Dana DKP!
Berita duka: Dua Kader PKS Meninggal dalam Kecelakaan »
PKS Didzalimi NU dan Muhammadiyah….

Ditulis oleh Hafez di/pada Juni 3, 2007

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis hal ini, mencurahkan segala unek-unek tentang mereka (NU dan Muhammadiyah) yang secara istiqomah”memerangi” PKS-ku tersayang

Tanggal 13 November 2006 rapat pleno Muhammadiyah memutuskan agar jam’iyahnya tidak berhubungan dengan PKS..begitu juga NU..Muhammadiyah akhirnya menulis surat edaran KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG KEBIJAKAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH …. benar-benar mengejutkan..saat dakwah mereka sudah macet, PKS hadir melancarkan kembali dakwah mereka yang mampet…sekarang begitu dakwah mereka mulai lancar PKS pun dibuang… seorang ustad tarbiyah berkata: “amien rais di Banyuwangi beberapa bulan lalu kan juga bilang: Ada partai yang mengaku partai dakwah menggerogoti amal usaha Muhammadiyah..ana ngga’ paham gimana jalan pikiran orang-orang tua itu..kita kan membantu dakwah mereka kok malah dicap menggerogoti..antum tau komentar hasyim muzadi? dia bilang masjid kami direbut PKS..trus kata ustad tiffatul sembiring: lapor aja ke polisi bilang mesjid mereka direbut ntar kan diketawain polisi”. Saya lalu mengeluh: “gimana nih ustad..kita terjepit dimana-mana” dengan enteng beliau bilang “biarin aja..itu tandanya PKS sudah dianggap besar oleh mereka sehingga harus dimatikan”. Saat rapat DPC dua minggu lalu, ketua DPC saya sempat membahas hal ini, berikut saya kutipkan:

“…..kita akan membahas surat edaran badan amal muhammadiyah juga NU yang menghimbau jam’iyahnya supaya berhati-hati dengan kita, saya ga paham kenapa mereka bersikap begitu..saya ini muhammadiyah tulen yang saat kecil dirumah ada papan nama pengurus muhammadiyah..tiap ahad pagi saya diajak bapak saya almarhum ke Darul Arqom, tapi ya itu…cuma seremonial aja, mungkin seperti dauroh marhalah I dan II kita..artinya dakwah mereka sudah mati sejak lama dan banyak ustad-ustad kita yang sekarang memegang posisi tinggi di PKS dulunya adalah kader muhammadiyah yang karena tidak ada pembinaan maka mereka ikut halaqoh kita..sekarang kita harus memutuskan di kecamatan kita ini kita mau “masuk” dimana? NU? Muhammadiyah? atau kaum Abangan? sekarang kita sudah dijepit NU dan Muhammadiyah…”

Setelah saya hunting di internet saya menemukan fakta yang membuat saya mengelus dada…begitu besar permusuhan mereka pada saudara seimannya sendiri bahkan Gus Dur pun terlihat sangat senang saat Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran itu..

“PP Muhammadiyah merasa, PKS itu tidak berjuang untuk kepentingan bersama sebagai bangsa, tapi hanya untuk kepentingan yang lebih sempit. Itu alasannya! Itu bagus sekali,” kata Gus Dur menanggapi terbitnya Surat Keputusan PP Muhammadiyah Nomor 149 Kep/1.0/b/2006 tentang Kebijakan PP Muhammadiyah tentang Konsolidasi Organisasi dan Amal Usaha Muhammadiyah. berikut ini saya copy paste dari situs resmi Muhammadiyah tentang surat edaran itu
Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 149/Kep/I.0/B/2006

Selasa, 1 Mei 2007


Tentang Kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mengenai Konsolidasi Organisasi Dan Amal Usaha Muhammadiyah

MENIMBANG :
Bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam sejak kelahirannya hingga saat ini tetap istiqamah dan terus bergerak tidak mengenal lelah dalam melaksanakan dakwah dan tajdid melalui berbagai usaha (amal usaha, program, dan kegiatan) yang dilakukannya dengan maksud dan tujuan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya;
Bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi (persyarikatan) Islam yang memiliki prinsip-prinsip, sistem, dan kedaulatan yang mengikat bagi segenap anggotanya dan harus dihormati siapapun sebagaimana hak-hak organisasi yang bersifat independen dan memiliki hak hidup di negeri ini;
Bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi dalam menjalankan misi dan usahanya harus bergerak dalam satu barisan yang kokoh sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur‘an surat Ash-Shaff (61) ayat 4, yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”;
Bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang cukup tua dan besar, Muhammadiyah sangat menghargai ukhuwah, kerjasama, toleransi, dan sikap saling menghormati dengan seluruh kekuatan/kelompok lain dalam masyarakat, lebih-lebih dengan sesama komponen umat Islam. Karena itu Muhammadiyah pun berhak untuk dihormati oleh siapapun serta memiliki hak serta keabsahan untuk bebas dari segala campur-tangan, pengaruh, dan kepentingan pihak manapun yang dapat mengganggu keutuhan serta kelangsungan gerakannya.

MENGINGAT :
Al-Qur‘an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam;
AD/ART Muhammadiyah serta aturan-aturan lainnya yang berlaku dalam Persyarikatan sebagai landasan konstitusional;
Keputusan Tarjih, Muqaddimah AD Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan prinsip-prinsip ideal lainnya dalam Muhammadiyah;
Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2005;

MEMPERHATIKAN:

Keputusan Rapat Pleno Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Syawal 1427 H / 13 November 2006 M.

MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN:

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG KEBIJAKAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH MENGENAI KONSOLIDASI ORGANISASI DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH sebagai berikut:
Muhammadiyah dengan seluruh anggota, pimpinan, amal usaha, organisasi otonom, majelis dan lembaga, sekretariat/kantor, dan berbagai lini/struktur organisasi serta segala usaha yang berada di dalamnya harus bebas dari berbagai paham, misi, dan kepentingan pihak lain yang secara langsung maupun tidak langsung, terbuka maupun terselubung, dapat merugikan dan merusak Persyarikatan Muhammadiyah.
Secara khusus seluruh anggota dan lini organisasi Persyarikatan termasuk di lingkungan amal usaha Muhammadiyah harus bebas dari pengaruh, misi, infiltrasi, dan kepentingan partai politik yang selama ini mengusung misi dakwah atau partai politik bersayap dakwah, di samping bebas dari misi/kepentingan partai politik dan organisasi lainnya sebagaimana kebijakan khittah Muhammadiyah. Hal tersebut karena selain telah menjadikan kegiatan dakwah dengan institusi/pranata umat Islam seperti masjid dan lain-lain sebagai alat/sarana politik, juga secara nyata-nyata telah menimbulkan sikap mendua di sebagian kalangan Muhammadiyah, termasuk dalam melaksanakan Hari Raya Idul Fitri/Idul Adha, serta menjadikan Muhammadiyah sebagai sarana politik partai yang bersangkutan dan lebih jauh lagi dapat menimbulkan pengeroposan dan mengganggu keutuhan organisasi.
Segenap anggota Muhammadiyah perlu menyadari, memahami, dan bersikap kritis bahwa seluruh partai politik di negeri ini, termasuk partai politik yang mengklaim diri atau mengembangkan sayap/kegiatan dakwah seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah benar-benar partai politik. Setiap partai politik berorientasi meraih kekuasaan politik. Karena itu, dalam menghadapi partai politik manapun kita harus tetap berpijak pada Khittah Muhammadiyah dan harus membebaskan diri dari, serta tidak menghimpitkan diri dengan misi, kepentingan, kegiatan, dan tujuan partai politik tersebut.
Seluruh anggota Muhammadiyah di seluruh lini Persyarikatan, termasuk yang berada di amal usaha, dituntut komitmen, integritas, loyalitas, pengkhidmatan, dan kiprah yang penuh dan optimal dalam menjalankan usaha-usaha, menjaga dan berpedoman pada prinsip-prinsip, membela kepentingan, serta memajukan dan memperjuangkan Muhammadiyah menuju pada pencapaian tujuannya. Jika memiliki kelebihan materi/harta, pikiran, tenaga, relasi/hubungan, jaringan, dan rizki Allah lainnya maka kerahkan/jariyahkan secara maksimal untuk membesarkan, mengembangkan, dan menyempurnakan gerakan Muhammadiyah serta seluruh amal usaha, program, dan kegiatannya sehingga mendekati pencapaian tujuan Muhammadiyah.
Seluruh institusi dalam Muhammadiyah termasuk amal usaha, masjid/mushalla, fasilitas milik Persyarikatan, dan kegiatan-kegiatan yang berada di dalamnya tidak boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan partai politik manapun. Larangan tersebut berlaku untuk kegiatan-kegiatan yang diindikasikan dan memiliki kaitan dengan kegiatan/kepentingan partai politik, termasuk kegiatan-kegiatan yang mengatasnamakan atau memakai simbol-simbol keagamaan/dakwah seperti pengajian dan pembinaan keumatan, yang terkait dan memiliki hubungan dengan partai politik manapun. Maksimalkan/optimalkan seluruh institusi milik Muhammadiyah tersebut untuk sebesar-besarnya dan sebenar-benarnya bagi kepentingan Muhammadiyah.
Seluruh anggota Muhammadiyah diminta untuk menghormati dan menaati Keputusan Muktamar ke-45 tahun 2005 di Malang, yang menyatakan “Menolak upaya-upaya untuk mendirikan parpol yang memakai atau menggunakan nama atau simbol-simbol Persyarikatan Muhammadiyah.” (Tanfidz Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 45 di Malang: Keputusan Muktamar ke-45 tentang Laporan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2000-2005, VI. Bidang Politik poin 1).
Seluruh media massa yang berada di lingkungan Persyarikatan diminta untuk benar-benar menyuarakan paham, misi, dan kepentingan Muhammadiyah serta menjadi wahana untuk sosialisasi paham, pandangan, keputusan, kebijakan, kegiatan, dan syiar Muhammadiyah serta menjauhkan diri dari paham, misi, dan kepentingan organisasi/gerakan lain.
Sebagai langkah konsolidasi sekaligus pencegahan dan penguatan gerakan, seluruh jajaran Pimpinan Persyarikatan, Majelis/Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha diinstruksikan untuk melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan keagamaan, kemuhammadiyahan, dan hal-hal yang menyangkut organisasi secara luas. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain sosialisasi putusan-putusan Tarjih, Darul Arqam, Baitul Arqam, Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah, Up-Grading, Refreshing, pengajian-pengajian umum dan khusus, pembinaan jamaah, pengelolaan kegiatan-kegiatan masjid dan mushalla, sosialisasi dan pengamalan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, peningkatan silaturrahim, dan kegiatan-kegiatan pembinaan lainnya yang dilakukan secara sistematik, intensif, berkesinambungan, dan terorganisasi dengan sebaik-baiknya. Secara khusus ditugaskan kepada Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus, dan Majelis Pendidikan Kader dengan melibatkan Majelis/Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha terkait untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut secara terpadu di bawah koordinasi Pimpinan Persyarikatan di masing-masing tingkatan.
Segenap Pimpinan Persyarikatan, Majelis dan Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha Muhammadiyah diinstruksikan untuk menegakkan disiplin organisasi, merapatkan barisan/langkah, dan mengokohkan ideologi serta misi Muhammadiyah sebagaimana diatur dalam AD/ART dan peraturan-peraturan organisasi serta telah menjadi prinsip-prinsip Muhammadiyah seperti keputusan Tarjih, Muqaddimah Anggaran Dasar, Kepribadian, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup, Khittah Perjuangan, dan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah serta keputusan-keputusan Muktamar Muhammadiyah.
Pimpinan Persyarikatan, Majelis dan Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha Muhammadiyah diinstruksikan untuk mengambil kebijakan dan tindakan-tindakan yang tegas dalam menegakkan misi, aturan, dan prinsip-prinsip Muhammadiyah serta dalam mencegah dan menyelamatkan Muhammadiyah dari berbagai tindakan yang merugikan Persyarikatan sebagaimana disebutkan di atas.


Yogyakarta, 10 Dzulqa’idah 1427 H
1 Desember 2006 M.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah,

Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, MA.(Ketua Umum)

Drs. H. A. Rosyad Sholeh (Sekretaris Umum)




Ya Allah….kenapa mereka mempersulit dakwah PKS…sedangkan PKS berdakwah untuk kejayaan-Mu

KETERAMPILAN MENYIMAK

KETERAMPILAN MENYIMAK
Oleh : VICO.NET.COM


Pendahuluan

Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, radio, televisi, telepon, internet maupun melalui tatap muka secara langsung. Berbagai lembaga baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, untuk memecahkan masalah, sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibutuhkannya. Pemecahan masalah itu melalui berbagai kegiatan seperti rapat, seminar, diskusi, ceramah, debat, simposium, dsb. 

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pula harus menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang mampu menyimak dengan baik, pasdahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menyimak berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatka informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan banyak pengetahuan berarti meningkatkan daya pikir. 

Berbicara tentang keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahuai bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.

Oleh karena itu, penyimak perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi simakan, artinya ia harus sering berlatih menyimak. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa menyimak tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan menyimak terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis, petunjuk-petunjuk disampaikan melalui bahasa lisan . Ini berarti mereka harus menyimak, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak akan menghambat kelancaran membaca dan menulis. 

Berikut ini diuraikan secara singkat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menyimak yaitu: (1) Ciri-ciri penyimak yang baik, (2) Jenis-jenis menyimak, (3) Tahap-tahap menyimak, (4) Faktor yang mempengaruhi menyimak (5) Kendala dalam menyimak, (6)Teknik pembelajaran menyimak, (7) Materi menyimak SMP menurut Kurikulum 2004, (8) Penilaian menyimak.
Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17).

1. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.

2. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.

3. Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.


Jenis-jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni: (1)menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.

1. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, ercakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain: (a)menyimak sekunder yang terjadi secara kebetulan, (b) menyimak sosial yaitu menyimak masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di kantor pos, dan sebagainya, (c) menyimak estetika, ersifat apresiatif, dan (d) menyimak pasif, dilakukantanpa upaya sadar. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapatberbahasa daerah tersebut.

2. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intesiof diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas: (a)menyimak kritis, (b) menyimak konsentratif, (c) menyimak eksploratif, (d) menyimak interogatif, (e) menyimak selektif, dan (f) menyimak kreatif.



Tahap-tahap Menyimak

Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu adalah: (a) tahap mendengar, (b) tahap memahami, (c) tahap menginterpretasi, dan (d) tahap mengevaluasi.

Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Trigan(1990: 97)adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman. Selain itu, Webb (Tarigan 1990:97) menambahkan bahwa perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi menyimak.

Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti berikut ini.

1. Bersikaplah secara positif

2. Bertindaklah responsif

3. Cegahlah gangguan-gangguan

4. Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara

5. Carilah tanda-tanda yang akan datang

6. Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dulu

7. Nilailah bahan-bahan penunjang

8. Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal

Kendala dalam Menyimak

Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86) ada beberapa kendala dalam menyimak, seperti berikut ini.

1. Keegosentrisan

2. Keengganan ikut terlibat

3. Ketakutan akan perubahan

4. Keinginan menghindari pertanyaan

5. Puas terhadap penampilan eksternal

6. Pertimbangan yang prematur

7. Kebingungan semantik.


Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.


1. Simak Ulang- Ucap
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Gurui dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.


2. Identifikasi Kata Kunci
Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.


3. Parafrase

Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakab kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri.


4. Merangkum

Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.


5. Identifikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur Yaitu: (a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir.Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.


6. Menjawab Pertanyaan
Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.


7. Bisik Berantai
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.


8. Menyelesaikan Cerita

Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.

Model Pembelajaran Menyimak di SMP

Berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menurut Kurikulum 2004 untuk SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai berikut:

A. menyimak berita,

B. menyimak wawancara,

C. menyimak laporan perjalanan

D. menyimak pidato, dan

E. menyimak dialog.


Berikut disajikan contoh model pembelajaran menyimak dengan materi dan teknik penyajiannya.

A. Menyimak Berita

Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara, diskusi, seminar,dsb., dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dsb.

Setelah siswa menyimak, selanjutnya siswa disuruh: 

a. menuliskan pokok-pokok berita.

b. menuliskan isi berita, dan

c. memberi tanggapan.

Untuk penilaian menyimak berita, dapat dilihat dari (1) aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) nada/irama, (b) diksi, (c) struktur kalimat, dan (2) aspek nonkebahasaannya dengan indikatiornya: (a) penguasaan topik, (b) keberanian, (c) penalaran, dan (d) gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.

B. Menyimak Wawancara

Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung keterampilan berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis.

Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung atau dari rekaman kaset atau video. Setelah siswa menyimak, siswa ditugasi untuk memahami isi wawancara itu dengan cara berikut:

(a) mencatat hal-hal yang penting menarik,

(b) melaporkan hal-hal penting dan menarik,

(c) menyimpulkan isi wawancara.

Penilaian menyimak wawancara ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan :

!. Aspek kebahasaan : 

(a) pemahaman isi

(b) ketepatan penangkapan isi

(c) ketahanan konsentrasi

2. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghormati

(b) menghargai

(c) kritis

Masing-masing aspek/indikator diberi nilai/skor yang sudah ditentukan.


C. Menyimak Laporan Perjalanan

Laporan dari berbagai kegiatan memiliki ragam dan gaya bahasa berbeda-beda sesuai dengan jenis atau macam yang dilaporkan. Untuk laporan perjalanan (sesuai dengan Kurikulum 2004) biasanya sangat bersifat subjektif. Oleh karena itu biasanya laporan perjalanan memiliki diksi yang sangat bervariasi menurut pelapornya. 

Materi simakan yang disajikan harus dipilih yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa dapat mengikuti alur dan memahami isi laporan itu.

Setelah menyimak, siswa ditugasi (secara individu atau kelompok) untuk:

(a) menuliskan pokok laporan perjalanan,

(b) menuliskan kembali laporan perjalanan

(c) menanggapi laporan perjalanan. 

Penilaian menyimak lapora perjalanan dapat dilihat dari :

1. Aspek kebahasaan:

(a) pemahaman isi

(b) kelogisan penafsiran

(c) ketahanan keionserntrasi

2. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghargai

(b) kesungguhan

(c) kritis

Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.

D. Menyimak Pidato

Menyimak pidato adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak.

Materi pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain: (a) menarik, (b) aktual, (c) bahasanya komunikatif. Setelah siswa menyimak tugas siswa selanjutnya adalah :

(a) menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru,

(b) menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,

(c) menyimpulkan isi pidato.

Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

E. Menyimak Dialog

Tujuan menyimak dialog adalah siswa dapat memahami isi dialog baik yang tersurat maupun yang tersirat. Materi simakan dialog dapat diambil secara langsung atau rekaman. Agar menarik perhatian siswa, topik dialog bersifat aktual. 

Setelah siswa menyimak dialog, selanjutnya siswa melakukan kegiatan berikut:

(a) mencatat hal-hal yang penting dalam dialog,

(b) menyatakan informasi tersrat dalam dialog, 

(c) menyimpulkan isi dialog, dan

(d) mengomentari isi dialog dari narasumber.

Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa melalui:

A. Aspek kebahasaan: 

(a) pemahaman isi

(b) kelogisan berpikir

(c) vokalisasi

(d) struktur kalimat

B. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghargai

(b) konsentrasi/kesungguhan

(c) kritis

(d) penalaran

Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.



DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.

_____. 2004. “Bahasa Sastra Indonesia Keterampilan Menyimak”. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta:Depdiknas.

Kamijan dan Suyono. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas.

Nurhadi dan Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan 

Dalam KBK. Malang: Universitas Malang.

Subyakto N., Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:Depdikbud.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Underwood, Mary. 1989. Teaching Listening. London: Longman.


Belajar Menyimak

Belajar Menyimak 
 
Ada, halnya kita perlu belajar mendengarkan sesuatu dengan seksama untuk dipahami. Itulah yang dinamakan dengan kata menyimak. Itu penting dibahas disini, agar obsesi kita dalam mewujudkan pendidikan yang berkwalitas sampai titik puncak pencerdasan anak bangsa terwujud.


Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menyimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja. 

Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya.

Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja tetapi belum ada unsur pemahaman.

Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi.

Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)

Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.

Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif. 

Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna. Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang bersangkutan.

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan sudah mencakup mendengar.

Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak. 

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :

“Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan.

Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :
mendapatkan fakta
menganalisis fakta
mengevaluasi fakta
mendapatkan inspirasi
menghibur diri
meningkatkan kemampuan berbicara


Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak digunakan.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen.

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar.

Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :
Benarkah fakta yang diajukan?
Relevankah fakta yang diajukan?
Akuratkah fakta yang disampaikan?


Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.

Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi :

1. cara mengorganisasikan bahan pembicaraan

2. cara penyampaian bahan pembicaraan

3. cara memikat perhatian pendengar

4. cara mengarahkan perhatian pendengar

5. cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.

6. cara memulai dan mengakhiri pembicaraan


Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony.

Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban pertanyaan itu bagi masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap masalah tersebut sepengetahuan penulis belum pernah ada. Untuk sekedar informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil penelitian yang pernah dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird melaporkan hasil penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 25%

c. membaca : 15%

d. menulis : 18%

Jumlah : 100%

(Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World, Inc., New York, 1951, halaman 166)


Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang penggunaan waktu kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 32%

c. membaca : 15%

d. menulis : 11%

Jumlah : 100%

(Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience, Harper & Row Publisher, New York, Evanston, and London, halaman 158).


Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap membuktikan bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara, membaca atau menulis.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam, maka perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang pesertanya tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam, perbandingan kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta diskusi empat orang, maka perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin banyak peserta diskusi, semakin lama kegiatan menyimak. Untuk memperjelas uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:
No. Urut 
Jumlah Peserta 
Kesempatan/orang 
Perbandingan Bicara-Menyimak

Berbicara 
Menyimak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7. 
2 Orang

3 Orang

4 Orang

5 Orang

6 Orang

7 Orang

8 Orang 
½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam 
1x½ jam

2x½ jam

3x½ jam

4x½ jam

5x½ jam

6x½ jam

7x½ jam 
1 : 1

1 : 2

1 : 3

1 : 4

1 : 5

1 : 6

1 : 7


Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia (normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding jalur untuk berbicara adalah 2:1.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar anak-anak sendiriaktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi dialog atau percakapan ataupun diskusi dengan teman sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi juga. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA, ataupun tingkat perguruan tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa.

Kemajuan ilmu dan teknologi khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, telepon, televisi, rekaman, dan film semakin menderas. Dalam peristiwa ini pun keterampilan menyimka mutlak diperlukan. Pendek kata seribu satu macam kegiatan menuntut manusia terampil menyimak.

Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:
landasan belajar berbahasa
penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
pelancar komunikasi lisan
penambah informasi


Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.

Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.

Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.

MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES PENUNJANG DAN KEMAMPUAN PENUNJANGNYA


Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.

Bila perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.

Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.

Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:

1. mendengar

2. mengidentifikasikan

3. menginterpretasi

4. memahami

5. menilai

6. menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.

Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.

Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.

Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.

Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:
mendengar
mengidentifikasi
menginterpretasi
memahami
menilai
menaggapi

Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.

Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.

Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.

Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.

Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.

Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik. 

Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai. 

Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan. 

Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama. 

Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak. 

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu : 

1. kemampuan memusatkan perhatian

2. kemampuan mengingat

3. kemampuan menangkap bunyi

4. kemampuan linguistik

5. kemampuan nonlinguistik

6. kemampuan menilai

7. kemampuan menanggapi


JENIS-JENIS MENYIMAK


Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai menyimak, maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak terputus-putus, menyimak dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang yang berbeda-beda pula.

Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu adalah :

1. sumber suara

2. taraf aktivitas menyimak

3. taraf hasil simakan

4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus

5. cara penyimakan bahan simakan

6. tujuan menyimak

7. tujuan spesifik

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal listening. 

Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.

Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis penyimak. Yaitu :

1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa suaraatau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.

2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.

3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.

4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.

5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima.

6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu pesan, kemudian menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.

7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.

8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.

9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.


Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :

1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.

2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Ecara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.

3. Menyimak atentif: Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan.salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.

4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak.

5. Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak :

6. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.

7. Menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetis, dan menyimak pasif. 



Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :

1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau bertelepon.

2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara, perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil, suara orang dalam senang, marah, atau kecewa.

3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.

4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.

5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato, mencari penjelasan butir tertentu.

6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda, kejengkelan, kebingungan dan sebagainya. 



Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :

1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.

2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya. 

3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak. 

4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.

5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar. 

6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara. Dalam belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi [ i ] dan [ i: ].

Menyimak pemecahan masalah : Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu.